Perhatian !

Tulisan yang anda lihat sekarang ini, adalah kumpulan dari laporan tugas serta laporan praktikum dan lain hal yang telah penulis publikasikan.

Silahkan mengutip dan mengambil informasi dari tulisan ini, dengan memastikan sumber dan sitasinya diikutsertakan dalam penggunaan tulisan ini.

Kesalahan serta penyalahgunaan isi tidak ditanggung kami.
Terimakasih.Hormat kami
Indonesia Ocean Defender

(marine reporter)

Minggu, 25 Juli 2010

Executif Summary of Mitigation Lecture
Mitigasi Banjir Rob Kota Semarang Menggunakan
Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografi
Oleh
Farhan pramudito K2D 007 031
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Jurusan Ilmu Kelautan 2007
Universitas Diponegoro


Curah hujan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, orde sungai dan litologi merupakan lima aspek fisik dasar yang dianggap berperan dalam penetapan kawasan berpotensi banjir, selanjutnya dengan penggabungan informasi dari kelima aspek tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kawasan, yakni(1)kawasan rawan banjir, (2) kawasan berpotensi banjir, (3) kawasan relative aman banjir dan (4) kawasan aman banjir.

Dalam melakukan zonasi kawasan banjir, input datanya berupa peta-peta komponen lahan yang tersebut sebelumnya, (curah hujan, kemiringan lereng, penggunaan lahan, orde sungai dan litologi), dan keluarannya adalah Peta Zona Kawasan Banjir. Contoh lain mengenai alur pikir pemrosesan data yang memerlukan pengetahuan khusus tentang suatu fenomena alam adalah analisis bahaya banjir rob terhadap pola genangan banjir rob. Seringkali Peta Bahaya banjir rob jarang tersedia bahkan tidak tersedia ataupun tidak lengkap, sehingga harus dilakukan dadakan yang kurang begitu valid. Persoalannya adalah, tidak semua peta tematik sesuai untuk jenis kajian ini. Di sinilah perlunya pemahaman tentang fenomena banjir rob untuk menentukan tema-tema yang relevan, berupa Peta Curah Hujan, Peta Lereng, Peta penggunaan lahan (land use) Peta Geologi/Tanah. Melalui proses overlay dan pengolahan data atributnya, gabungan peta tersebut akan menghasilkan Peta Bahaya Bnjir Rob Erosi. Dari sini dapat dilakukan zonasi bahaya Banjir Rob terhadap pola genangan banjir rob.

Proses overlay dan pengolahan data atribut merupakan salah satu tahapan dari pembuatan peta tersebut. Secara keseluruahn tahapannya adalah sebagai berikut:



1. Input : antara lain digitasi, scanning, transformasi data, konversi
data, dan koneksi dengan perangkat lain (input device).
2. Manajemen : antara lain pengelolaan basisdata, struktur data, kamus
data, metadata, standardisasi data, dan kontrol kualitas. Basisdata yang dimaksud berupa kumpulan data grafis dan atribut (table yang saling terkait menjadi tu kesatuan, yang dapat ditambah, diperbaiki, dan
dipanggil kembali secara tepat untuk berbagai keperluan.
3. Analisis/Proses : antara lain overlay, spatial joint, buffer, Digital Elevation Model (DEM), network, modelling, editing, kalkulasi dan
integrasi data, serta klasifikasi dan rektifikasi.
4. Presentasi/Output : meliputi map composition, print control quality, dan
interactive maps, yang dapat menampilan peta-peta
tematik (sintetik), tabulasi, dan sistem informasi spasial.

Dengan keterangan diatas, dapat dipahami bahwa pemanfaatan system informasi geografi dalam upaya mitigasi benca banjir rob kota Semarang dapat dilakukan dengan upaya secara dini, mulai dari pepengklasifikasian daerah banjir rob.

Upaya Mitigasi Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengatasi Banjir Rob Semarang
Upaya Mitigasi Yang Dapat dilakukan untuk mengatasi banjir rob Semarang anatara lain yaitu:

1.Pembangunan saluran sabuk di Semarang Barat
2.Normalisasi banjir kanal barat
3.Peraturan kawasan terbangun di daerah hulu
4.Peraturan kawasan konservasi
5.PEmbuatan saluran drainase
6.Pembuatan saluran khusus limbah
7.Normalisasi saluran drainase
8.Perbaikan inlet (tempat masuk air)
9.Penyusunan peraturan daerah untuk bangunan bawah tanah infrastruktur PLN
10.Penyusunan peraturan daerah untuk bangunan bawah tanah infrastruktur PDAM
11.Penyusunan peraturan daerah untuk bangunan bawah tanah infrastruktur TELKOM
12.Penyuluhan terhadap masyarakat
13.Pembangunan saluran drainase nongrafitasi khusus di kali asin
14.Pembangunan saluran drainase nongrafitasi khusus di kali Baru dan kali banger
15.Pembuatan peraturan daerah khusus pengembangan wilayah pantai

Pada 15 (lima belas) kegiatan diatas merupakan kompbnasi anatara kegiatan yang dilakuakan oleh pemerintah pusat dlam hal ini kementerian yang bertanggun jawab dan mempunyai kewenangan akan bencana banjir rob kota Semarang dan kegiatan yang dilakukan oleh masyaraka local dalam hal ini adlah Semarang. Sudah menjadi hal nyata bahwa kegiatan tanpa ada kordinasi yang baik serta keharmonisasian didalamnya dalam arti bergerak sendiri-senidri tanpa ada kordinasi yang baik maka bias dipastikan akan menelan banyak biaya yang sia-sia.
Selanjutnya kegiatan yang berhun=bungan dengan upaya mitigasi bencana harus pula dikordinasikan dengan daerah-daerah sekitar kota Semarang terutama daerah hulu, yakni kabupaten Semarang dalam hal ini ungaran. Ungran yang berbasis sebagai kawaan dataran tinggi merupakan kawsasan yang juga bertanggung jawab akan daerah resapan air dan juga daerah aliran sungai, dimana pada muaranya terdapat di kota Semarang.
Adaptasi Yang Dilakukan Untuk Mengatsi Banjir Rob Kota Semarang antara lain:

1.membersihkan selokan
2.membuat system pemebuangan sampah
3.membuat tempat pembuangan sampah
4.membuata katup pengauran drainase maupun saluran by-pass
5.memindahkan rumah (relokasi mandiri)
6.penghutanan kembali tangkapan air hujan
7.membuat daerah hijau untuk menyerap air tanah
8.melakukan kordinasi dengan wilayah-wilayah lain dalam perencanaan kegiatan mitigasi banjir
1.rob kota Semarang
9.relokasi oleh pemerintah
10.peninggian lahan tambak
11.penanaman tumbuhan penghambat laju banjir rob
12.pembuatan rumah panggung
13.pemanfaatan lahan banjir rob (kolam pemancingan)
14.pemanfaatan lahan banjir rob untuk budidaya ikan
15.pemnfaatan lokasi banjir rob untuk kegiatan wisata

dari adapatasi diatas kebanyakan merupakan kegiatan yang dilakaukan oleh masyarakat, diamana kegiatan tersebut sebagai bentuk usaha dan penyesuaian diri terhadapa kondisi yang ada yaitu banjir rob kota Semarang. Adaptasi-adaptasi tersebut dilakuakan ada yang bersifat sementara dan ada yang bersifat permanen. Hal yang bersifat sementara adalah, dimana adapatasi itu akan berubah menurut kondisi terakhir banjir orb kota smerang. Seperti pembangunan maupun peninggian rumah. Selanjutnya hal yang bersifat permanen merupakan pindah atau relokasi ke daerah yang sama sekali tidak terkana banjir rob kota Semarang, dalam hal ini dapat pindah ke dearah tembalang yang terletak di kawasan perbukitan.


Bahan acuan:
J. Susetyo Edy Yuwono (Jurusan Arkeologi Fib-Ugm .Kontribusi Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Dalam Berbagai Skala Kajian Arkeologi Lansekan

www.kabar Indonesia.com, Segala Sesuatu tentang Banjir di Kota Semarang
Oleh : Dr. Dito Anurogo | 15-Jun-2009, 11:45:25 WIB. Diakses pada tanggal 12 Juli 2010 pukul 21.45.

Novitaningtyas, Indri. Tugas Akhir. Keterkaitan Kemampuan Masyarakat Dan Bentuk Mitigasi Banjir Di Kawasan Pemukiman Kumuh (Studi Kasus: Kelurahan Tanjungmas, Kec. Semarang Utara Kota Semarang). Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar